Rabu, 20 April 2011

Menerima/Diterima Cinta Apa Adanya = Menyesal di Kemudian Hari

Cerita ini kebetulan saya baca di sebuah majalah di singapore versi mandarin tahun 2010 bulan februari kemrn dan saya mencoba untuk mengingat cerita ini dan menerjemahkannya di sini... karena menurut saya cerita ini lumayan bagus dan bisa di jadikan pelajaran

saya seorang wanita dari sebuah keluarga yang sederhana dan saya sudah bertunangan dan kami sudah ada rencana untuk menikah, dan awalnya tunangan saya  itu sangat menyayangi saya, sehingga saya sering berpergian berduaan dengan tunangan saya, dan kami pun sering tidur sekamar dan kami sering melakukan sebuah hubungan yang seharusnya di lakukan oleh suami istri (orang tua saya tidak mengetahui hal ini). hingga suatu ketika saya mendapati tunangan saya berselingkuh dan tunangan saya pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.. karena kami belum terikat hubungan suami istri akhirnya saya pun menyutujui keputusan tunangan saya ini walaupun sangat berat untuk di lepaskan.

waktu pun semakin berlalu sejak kejadian tersebut dan saya pun semakin berat untuk menerima cinta lain, banyak cinta yang datang kepada saya namun saya menolak karena trauma dengan hubungan kemarin
namun lain dengan orang tua saya, orang tua saya semakin khawatir dan panik karena dari segi umur saya emang seharusnya sudah menikah..

Akhirnya orang tua saya memutuskan untuk menjodohkan saya, dan dengan berat pun saya mengikuti penjodohan penjodohan yang telah di lakukan oleh orang tua saya, tapi semuanya gagal karena emang saya tidak ada niat dan trauma untuk berhubungan dengan pria manapun,
Tapi orang tua saya semakin khawatir, dan karena saya melihat orang tua saya yang semakin khawatir akhirnya saya memutuskan untuk membuat satu penjodohan lagi, dan akhirnya saya bertemu dengan seorang pria dan saya berusaha untuk menerimanya awalnya kami mulai dengan pendekatan pendekatan, dan saya pun menceritakan semua masa lalu saya temasuk masalah kalau saya dah pernah tidur sekamar dengan mantan tunangan saya, dan pria tersebut pun tidak keberatan dah bilang mau menerima saya apa adanya.


Akhirnya kami memutuskan untuk menikah, awal pernikahan kami sangat bahagia tapi setelah 2 tahun kami menikah keadaan ini berubah, hidup saya menjadi sangat tersiksa, penuh penyesalan. karena suami saya berubah, dia suka memanggil saya dengan istilah barang second ( kalau pinjam istilah handphone), keluarga yang kami bina menjadi tidak harmonis, kami sering bertengkar. dan pernah ada rencana untuk bercerai dengan pria ini tapi memikirkan janin yang ada di rahim saya, saya menjadi tidak sanggup untuk melakukannya, disisi lain saya khawatir jika anak saya lahir dan mendengar bapaknya memanggil ibunya dengan isilah barang second  , apa yang akan terjadi nanti?? hidup saya menjadi sangat sengsara dengan keadaan seperti ini, kesengsaraan saya di mulai karena saya percaya dengan kata kata pria yang mengatakan akan menerima saya apa adanya namun akhirnya??? .

selesai


demikian cerita ini saya sampai kepada teman teman yang membuka blog saya.. mudah mudahan bermamfaat.

inti dari cerita ini tidak tertuju hanya kepada wanita ataupun pria tapi juga kepada pria dan wanita sekaligus..
- jgn mudah termakan dengan rayuan (sehingga rela menyerahkan yang seharusnya belum waktu di serahkan   kepada dia) - wanita
- jgn mudah mengucapkan kata "menerima apa adanya" - pria
- korbannya adalah anak -orang tua (wanita/pria)

Related Post / Klik Gambar Di Atas "Artikel-Artikel" :