Sabtu, 23 Januari 2016

Agamaku/Kami Yang Paling Benar

debatSaat ini kita sedang memasuki era Teknologi Informasi, dengan kata lain hampir semua informasi bisa kita dapatkan dengan cepat, dan tentunya harus didukung dengan teknologi yang tidak lain adalah Internet dan Perangkat untuk mengakses infomasi-informasi itu. Karena sedemikian cepatnya untuk mendapatkan informasi sampai membuat orang-orang hampir tidak sempat untuk mencari kebenaran atas informasi yang beredar, apa itu Fakta, Fitnah atau hanya Lelucon saja, sehingga sering kali menimbulkan Pro & Kontra, dan informasi tentang Agama pun tidak terlepas dari hal itu.

Banyak informasi terkait Agama beredar di sosial media, berbagai Agama itu ada, dan itu semestinya menjadi hal yang positif bagi penganut Agama terutama di Indonesia yang begitu majemuk. Namun pada kenyataannya tidak sepenuhnya demikian, tidak jarang informasi tentang Agama yang beredar justru menjadi perdebatan antar kubu Pro dan Kontra untuk merebut pengakuan "Aku/Kami lah yang paling benar" dan sering kali dengan komentar-komentar yang justru tidak menunjukkan kalau pemberi komentar itu orang yang beragama, alias mengunakan bahasa iblis yang dibungkus menjadi kalimat berbahasa  bahasa manusia yang kasar.

Alih-alih ingin membela Agama justru membuat agamanya semakin terperosot dalam jurang kehinaan, alih-alih ingin menyelamatkan orang dari anutan yang salah justru kata-katanya membuat orang menjauh.Agama yang mestinya membawa damai dan keindahan justru dihancur-leburkan oleh penganutnya sendiri dengan kalimat atau kata-kata yang kotor dan hina, Agama yang semestinya berisi kalimat-kalimat suci justru dikotori dengan kalimat-kalimat yang jijik dan tidak terpuji, mulut berkata "Aku beragama Kristen", "Aku Beragama Buddha" atau "Aku Beragama Lain-lain", tapi kalimat yang keluar itu seolah-olah dikuasai oleh iblis yang mencoba memisahkan kemajemukan yang ada. Perdebatan-perdebatan yang tiada henti mencoba untuk mencari tahu mana yang paling benar, justru semakin memisahkan dan membuat orang lain merasa Agama itu paling tidak benar.

Selain itu, kalaupun menang dalam perdebatan pun kemenangan itu hanyalah sia-sia dan kepuasan itu hanya sementara saja, karena perdebatan mungkin akan kembali terjadi lagi di lain waktu. Dengan kata lain, kemenangan dalam perdebatan tidak membuat orang lain untuk setuju atas apa yang diyakini oleh pemenang.

Sudah semestikan kita sebagai orang beriman kembali kepada kitab suci masing-masing, dan belajar untuk mengerti apa makna dari agama yang dianut, dan mengaplikasikannya melalui pikiran, sikap, perbuatan dan perkataan yang baik sehingga memberikan cerminan yang benar tentang Agama masing-masing yang dianut. Sehingga, membuat orang lain bisa melihat kebaikan dan kebenaran dari Agama yang kita anut, dan membiarkan orang lain yang menilai dan meyakini sendiri apa yang yang dia lihat dengan matanya sendiri.

Tugas kita sebagai orang beragama hanyalah menyampaikan (bukan memaksakan) apa yang kita ketahui atau yakini, baik dengan kata-kata yang halus dan mudah dimengerti, dihayati dan dipercaya, bukan dengan kata-kata iblis yang dibungkus menjadi suatu bahasa manusia yang tidak enak didengar, jika didengar aja tidak enak apa lagi mau dihayati ataupun dimengerti apalagi mau dipercaya. Selain itu, juga dengan perbuatan yang mencerminkan orang beragama yang mengajarkan kebaikan sehingga orang berminat untuk meniru dan mengerti serta percaya bahwa apa yang kita itu memang sesuatu yang baik, bukan dengan perbuatan yang justru merusak dan mencerminkan orang yang beragama setan yang mengajarkan perusakan sehingga orang pun jijik melihatnya apalagi ingin mengerti dan mempercayainya.

Secangkir Teh Hangat dipagi hari sambil mengucapkan doa, kiranya hari ini tetap dituntun untuk mengucapkan kata-kata yang baik serta perbuatan yang baik.

Syalom...

Related Post / Klik Gambar Di Atas "Artikel-Artikel" :