Sumber : www.sinarharapan.co |
Beberapa waktu terakhir ini, PHK menjadi informasi yang sedang disorot di media terutama media anti Jokowi yang sangat mengebu-gebu dalam pemberitaan, dan terlihat sekali ada juga media yang seolah-olah tanpa logika memojokkan pemerintahan Jokowi, seolah-olah kesalahan dari masalah aksi PHK ini sepenuhnya terletak pada Presiden Jokowi, dan ada orang-orang juga yang berlaku ksatria ingin memperjuangkan nasib buruh yang beredar di Indonesia, dengan mendemo untuk menuntut ini itu seperti upah minimun, dan lain-lain. Saat hari buruh demo untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dengan meminta peningkatan upah minimum, saat ada PHK demo juga supaya ada solusi untuk buruh yang di PHK.
Bagus memang, ketika ada yang bangkit dan memperjuangkan nasib buruh, tapi pada kenyataan di lapangan yang ada, beberapa hal yang sepertinya berbeda saat ada demo yang mungkin sengaja pura-pura tidak diketahui oleh para "ksatria-ksatria" pejuang nasib buruh ini, yaitu :
Buruh yang berdemo tidak semuanya ikhlas, saat para pendemo turun kejalan protokol untuk berdemo selalu ada sekelompok orang-orang yang ke lokasi pabrik-pabrik berada seperti KBN-KBN dan kawasan-kawasan industri untuk meminta SECARA PAKSA karyawan untuk ikut mereka berdemo, karena sering kali buruh dalam pabrik justru MALAS untuk ikut berdemo. Alhasil pemilik perusahaan melalui HRDnya harus meminta bahkan memohon para karyawannya untuk ikut berdemo karena jika dalam 1 pabrik tidak ada karyawan yang ikut demo, akibatnya mungkin pagar-pagar nya akan dirusak. Memang harus diakui ada juga karyawan yang dengan sukarela ikut demo .. ya palingan juga anggota organisasinya sendiri yang otaknya sudah diprovokasi bahwa gaji luar negri jauh lebih gede dari Indonesia padahal kenyataanya belum tentu.
Buruh yang tidak ikut demo justru menhujat para pendemo, setiap kali ada demo yang ironisnya untuk memperjuangkan nasib buruh, justru diantara para buruh yang tidak ikut demo harus merasa was-was dan menghujat para pendemo, kenapa? ya itu takut diPHK besar-besaran akibat upah minimun yang tinggi sehingga perusahaan tidak sanggup untuk membayarnya, mereka mungkin sadar dengan posisi mereka dan mengerti posisi perusahaan tempat mereka bekerja.
Orang yang mensweeping justru bukan buruh, pengakuan dari teman yang kerja di pabrik, bahwa yang datang sweeping ke pabrik untuk memaksa karyawan untuk ikut demo itu justru hanyalah preman-preman nganggur. karena saat sweeping sering juga orang-orangnya pada sedang mabuk minuman keras. Yang menjadi pertanyaan apa mungkin mabok di jam kerja seandainya para sweeper ini seorang karyawan?
Nah, jadi sebenarnya buruh mana sih yang sedang diperjuangkan para "Ksatria-ksatria" siang bolong ini? palingan juga buruh yang sudah berhasil diprovokasi dan perutnya sendiri, terakhir dapat info bahwa organsasi pejuang buruh ini mendapat iuran 1% dari upah minimun, saya membayangi aja geli jika ini benar benar ada, bayangin aja jika anggotanya 250rb buruh x 1% x upah minimun, andai saja UMP 2jt berarti 20.000 x 250.000 = 5.000.000.000 dan itu dalam 1 bulan. Jangan jadikan buruh sebagai sapi perah organisasi-organisasi yang mencatut nama buruh demi kepentingan pribadi dan golongan, yang pada ujungnya saat ada PHK.. lagi-lagi pemerintah yang disalahkan...
Lama-lama saat ingin minum secangkir teh hangat pun harus demo untuk turunkan harga teh .. capek deh
Syalomm...